Christmas in Paris. Sehari dengan Sejuta Kenangan Magis
‘Yeah, i’m in Paris!’ Perasaan happy berkecamuk dalam hati yang polos seperti bayi. Namun perasaan berapi-api saat tiba di bandara Charles De Gaulle tidak saya tunjukkan dengan menari dab ala Pogba, melainkan tetap cool berkharisma ala James Bond. Senyuman penyamar hati yang sedang goyang gergaji. Ekspresi perlindungan diri dari teman tur yang akan men-judge saya bocah tua freak.
Menginjakkan kaki di Paris seperti mimpi yang menjadi nyata. Menelusuri tiap sudut kota ini melebihi seindah-indahnya mimpi terindah saya. Paris menghadirkan kecantikan negeri dongeng. This city is just plain beautiful.
‘A walk about Paris will provide lessons in history, beauty, and in the point of Life.’ –Thomas Jefferson
Saya tiba di Paris tepat sehari sebelum Natal. Ada ribuan detail yang terlupakan dan jutaan kesenangan yang dikenang. Apalagi bila mengingat serunya bertemu teman baru yang gokil. Mulai dari tante-tante gaul, remaja ababil, honey moon couple, my nigga from America, sampai bos mafia yang bisa mengintimidasi tour leader untuk mengikuti keinginannya. Semua karakter unik numplek dalam satu bus, keributan yang aneh tak terelakkan. Seperti bertemu friends-mate dari dunia lain.

Perjalanan ini merupakan pengalaman pertama saya menggunakan tur. Saya memilih paket perjalanan 13 hari di West Europe. Saya bisa mendatangi banyak kota di Eropa Barat dalam waktu singkat. Kota-kota tersebut adalah Paris, Brussels, Rome, Vatican, Pisa, Venice, Milan, Florence, Lucerne, Mount Titlis Switzerland, dan Cologne Germany.
Pengalaman pertama ke banyak negara Eropa dengan tur, meminimalisir rasa was-was pergi sendirian. Kelebihan nya adalah kamu ga perlu repot-repot mengurusi tiket, hotel, itinerary, dan transport. Semua sudah diatur sehingga kamu tinggal duduk layaknya raja jomblo.
Kekhawatiran Visa Schengen ditolak, menjadi alasan terbesar saya. Dengan pernah mendapatkan visa, akan lebih mudah berangkat ke Eropa di kemudian hari. Ga perlu biometric scan di Jakarta lagi, tinggal titip passport dan persyaratan visa ke travel agent.
Ada kelebihan dan kekurangan sendiri saat traveling dengan tur. Jadwal yang telah diatur, membuat saya bisa mengunjungi banyak tempat wisata secara efisien. Namun karena waktu kunjungan yang sempit, sulit untuk bersantai di satu tempat. Bahkan beberapa destinasi hanya bisa kamu lihat di bus, dilewati doang tanpa bisa berhenti untuk berfoto, menyebalkan bukan?
Untuk itulah saya memutuskan berpisah dari rombongan dan sendirian menjelajahi Paris. Tidak rela rasanya melewati Notre Dame Cathedral tanpa berfoto dengannya. Saya maksimalkan satu hari penuh dengan menjejalkan beberapa destinasi wisata. Just like Dora The Oplosan. Because all i have is a single day! Emang bisa? ternyata bisa. Cape ga? Oh yeah! Gerak cepat to the max! Beginilah rute saya selama sehari di Paris:

Tempat-tempat wisata terkenal di Paris hampir semua bisa kamu capai dengan jalan kaki. Lokasinya saling berdekatan. Don’t you worry, you’ll find something nice while you’re walking! Tiap tikungan yang membuatmu tersesat dengan kinyis-kinyis.
1. Arc De Triomphe
Begitu mendarat, kita diajak mengunjungi simbol patriotisme negara Perancis. Monumen yang awalnya dibangun untuk memperingati kemenangan Napoleon Bonaparte. Tempat penghormatan bagi tentara yang tewas pada masa perang. Descendant of the sun!


Setelah meminta izin untuk memisahkan diri ke Koh Hendry, tour leader yang sabar menghadapi saya yang suka ngilang sendiri. Saya berjanji akan berkumpul lagi di hotel pada malam hari.
Bahaya kalo ga izin, kamu dikira diculik mafia, dijadikan sandera untuk diminta uang tebusan (walaupun udah segede ini ga ada yang mau nebus saya dengan harga tinggi). Mungkin juga kamu dianggap berusaha menjadi TKI ilegal. Yang pasti yang bakal repot adalah tour leader nya.
Yang paling saya ingat adalah pesannya untuk tetap hati-hati dengan barang bawaan. Karena maling di Paris terkenal Pro, mereka bisa menyilet tas dan mengambil isinya dengan cepat tanpa kamu sadari. Dimanapun kamu berada, waspadalah! Baik itu copet yang mau mencuri barangmu ataupun copet yang hanya ingin mencuri hatimu.
2. Pont Alexandre III
Setelah keluar dari bis, perjalanan menyetor kenangan dimulai. Saya mengawali hari dengan menyusuri jembatan Pont Alexandre III. Salah satu jembatan classic paling elegan dari abad ke-19. Ornamen lampu, kerubim, dan kuda bersayap keemasan menghiasi sepanjang mata memandang.
Nama jembatan terinspirasi dari Tsar Alexander III yang menyatukan persekutuan Perancis-Rusia pada tahun 1892. Jembatan ini menghubungkan Champs-Élysées dan Grand Petit Palais di kanan dengan Hôtel des Invalides di kiri. Melihat Seine river dari sini sukses bikin hati terenyuh.
Jembatan paling mewah yang menjadi monumen bersejarah di Perancis. Jembatan yang menjadi lokasi syuting film terkenal seperti James Bond, Midnight in Paris, Devil wears Prada ataupun MV ‘Someone like you’ nya Adele.
Jembatan romantis yang ideal untuk foto pre-wedding. Karena saya datang kesini tanpa pasangan untuk dinikahi, jadilah tempat ini ideal untuk pose terabaikan. Seketika itu juga, terdengar sayup-sayup lagu Adele yang menyayat hati…
Never mind, I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
Don’t forget me, I beg
I’ll remember you said,
“Sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead”

3. Notre-Dame de Paris
Notre Dame adalah gereja katedral abad pertengahan dengan desain gotik Perancis. Gereja ini berdiri tepat di tepi sungai Seine, di pulau kecil Ile de la Cité. Yang membedakan Notre-Dame dengan katedral lainnya adalah detail patung dan ukiran yang berdasarkan kisah nyata.
Selalu ada spirit berbeda dari tiap Cathedral. Memang rata-rata gereja di Eropa memiliki design gothic yang mirip. But every Cathedral has their own unique characteristic. Mulai dari bentuk bangunan, dinding, kaca jendela, altar, sampai lilin dan lukisan. Detail kecil yang membuatmu selalu tersihir.
Atmosphere cathedral menghadirkan sensasi bulu kuduk berdiri dan mata berkaca-kaca. Mungkin terdengar hiperbola, sampai kamu merasakannya secara pribadi.

Problem utama saat jalan sendirian adalah ‘ga ada yang moto-in’. Untuk itulah saya berbekal tripod. Walaupun saya harus berhenti untuk menset tripod dan timer kamera. Berdiriin – masukin tas – berdiriin – masukin tas, diulang-ulang sampe serangan fajar. Selain merepotkan, menggotongnya juga perlu energi ekstra. Jauh lebih fleksibel jika ada teman fotoin. Kelebihannya, bisa setting pose semau kita. Seperti foto diatas. Ga jelek-jelek amat kan?
Bila kamu traveling bareng pasangan atau teman, pastinya foto narsis bakal lebih banyak dibanding sendirian. Kecuali kamu pergi bareng temen sotoy. Tipe temen yang maunya difoto bagus, tapi kalo moto balik jadinya full bokeh, blureng kabeh sak wong wong’e!

Apalagi saat kita ingin berpose candid, dengan gaya samping atau gaya punggung. Kamera kita bisa jatuh hilang ditelan bumi. Selain itu, kita harus bermuka badak saat pose sendirian, orang akan ngeliatin dengan tatapan nanar, cuekin aja bule ga kenal, besok lupa. Berposelah segila yang kamu inginkan. Salurkan bakatmu menjadi model Selebgram kelas kakap!
Dikala malas mengeluarkan tripod, seperti ditempat ramai atau jalan yang padat. Saya bisa menggunakan tong-bro ‘tolong dong, bro’. Walaupun random people biasanya mengambil gambar dengan seadanya. Jarang ada random people yang mau jongkok, merunduk untuk mengambil the best angle of your face! Tak jadi masalah karena foto jelek masih bisa diedit.
Kadang ada strangers yang menjepret fotomu layaknya professional photographer. Cari aja brother or sister yang menenteng DSLR

4. Place de la Concorde
Dinginnya Paris saat Winter yang berkisar 3 derajat Celcius, tidak menyurutkan saya untuk menyusuri jantung sejarah kota Paris. Sensasi musim dingin yang tidak bisa saya rasakan di negara sendiri, malah menambah mood untuk bertamasya keliling kota. Berbekal winter coat dengan layer dua lapis, saya berjalan sembari mengabadikan moment menarik. Dingin-dingin tamfan.

Tak henti-hentinya saya mengagumi arsitektur kota yang mempesona. Kota ini seakan dibuat dengan seni surgawi. Monumen-monumen di sepanjang jalan seakan berparade dengan indah.
Sungguh hebat apa yang dilakukan orang-orang di masa lalu. Arsitektur dengan romantisme tiada banding. Hanya dengan jalan di trotoar kamu seperti berada di sebuah drama yang berakhir dengan happy ending.
Berjalan sendirian ditengah kota cantik memberikan rasa senang sekaligus sedih. Seandainya saya bersama someone special yang bisa diajak berbagi view, gandengan tangan, ketawa-ketiwi, cubit cubitan, sengol-senggolan pasti akan lebih asoy.
Namun kesedihan kecil dikalahkan oleh kemegahan jomblo. Kemegahan dari bebas melakukan apa saja tanpa harus memikirkan apa yang diinginkan pasangan. (dibalik pura-pura bahagia terdapat tangisan bocah meraung-raung)

5. Eric Kayser Artisan Boulanger
Setelah melewati Simon Bolivar statue dan berfoto di Place de la Concorde, saya berhenti sejenak untuk mengisi perut dengan chocolate cookies dan baguette di Eric Kayser. Salah satu penghasil roti legendaris terbaik di Perancis. Setelah take away, saya mampir ke Starbucks yang berada disebelahnya. Sluurppp… hot cafe latte lumer dengan lembutnya roti di mulut. Nikmat keparat.
6. Jardin des Tuileries
Kemudian saya berjalan melewati Jardin des Tuileries. Taman seluas 63 hektar yang menghubungkan Louvre dengan Place de la Concorde. Dulunya taman ini milik anggota kerajaan (Catherine de Medicis pada tahun 1564). Sekarang taman ini menjadi milik semua warga Perancis.
Even the pigeons are dancing, kissing, going in circles, mounting each other. Paris is the city of love, even for the birds – Samantha Schutz
Tempat yang pas untuk jogging ataupun duduk bersantai. Dari Place de la Concorde, saya memasuki taman melalui gerbang besi kemudian berjalan sampai ke air mancur yang berada di tengah-tengah kolam besar. Patung-patung seni dan burung-burung beterbangan menjadi pijat refleksi mata yang menenangkan jiwa.

7. Pont des Arts
Cadena d’amour atau ‘love lock’ – Jembatan yang dulunya dipenuhi gembok cinta dari pasangan alay kini telah tiada. Dulu banyak turis memasang gembok dengan goresan nama mereka, lalu melempar kuncinya ke sungai sebagai tanda ikatan cinta.
Karena dikhawatirkan jembatan tak lagi mampu menampung gembok yang beratnya mencapai 45 ton. Pemerintah memindahkan gembok-gembok dan melarang siapapun memasangnya kembali. Kini jembatan terlihat bersih dan cantik.



8. Musée du Louvre
Museum terbesar di Paris dengan koleksi 38,000 seni bersejarah hingga abad ke-21. Museum yang paling banyak dikunjungi di dunia dengan jumlah pengunjung mencapai 8,1 juta! Rumah koleksi maha karya pelukis-pelukis terbaik dunia. Seni yang paling populer tentu saja adalah Monalisa karya Leonardo da Vinci. Senyum eksotis emak-emak yang mendunia.
So when you smile like Mona Lisa. My heart falls to pieces. ‘Cause smiling just can’t hide. All the sadness in your eyes. If I could only hold you. Love you like I used to. But girl what can I do. When you smile like Mona Lisa – All-4-One

9. Pierre Herme Macarons & Chocolate
Mampir sejenak ke Pierre Herme yang terkenal dengan Macarons-nya yang mevvah. Beli 1 box untuk saya makan sendiri di Hotel (bener, saya gragas). Terdapat berbagai macam rasa pelangi Macaroon seperti Rose, Salted Caramel, Chocolate, Apricot & Pistachio, Chocolate au Lait & Passion Fruit, dan juga Crème Brûlée. Rasanya seperti mengunyah seni di dalam mulut, soft and melted perfectly in one bites, miam-miam!
10. Champ Elysées
Surga belanja-belanji untuk siapa saja. Baik horang kaya, maupun yang pas-pasan tapi mau tetep gaya. Shopping barang bermerek buat yang suka kemewahan. Window Shopping – cuci mata produk lokal buat yang ingin berhemat. Memperhatikan gaya berpakaian bule dan mengamati makanan lokal. Hati senang, dompet tenang.


Saya hanya sekali naik metro waktu ke Eiffel Tower, biar kaki ga gempor. Buat cewe, jangan menggunakan high heels bila tak ingin pegel linu. Begitulah rute saya selama di Paris. Google Maps sangat membantu untuk survei tempat makan dan tempat wisata apa yang harus kunjungi. Era digital memanjakan kita untuk bepergian dengan mudah.

Bertepatan dengan malam Natal, terdapat Christmas market di berbagai tempat. Mulai dari Champs Elysées sampai sekitar Eiffel Tower. Christmas market diiringi dengan lagu lagu Natal, jajanan pasar dan pernak pernik. Dekorasi pohon Natal super gede nan sparkling memanggil Santa Claus menghidupkan suasana. Siapa saja yang melewati tempat ini pasti akan merasakan indahnya Natal.
Kemudian sampailah saya Champ de Mars, taman paling asyik untuk berfoto ataupun sekedar relax menyaksikan Eiffel Tower. Disini ada Christmas Market yang rame banget. Saya sempat cobain crepes dan mimik hot red wine. Pas dengan dinginnya malam yang menusuk. ‘Nyessss….’ Setelah itu saya mengabadikan Eiffel Tower dari berbagai angle. Model penurut yang diam seribu bahasa namun memancarkan aura romansa.
11. Tour Eiffel
Sebelum berangkat kesini, saya sempat berpikir apa romantisnya Eiffel Tower? bukankah bentuknya hanya seperti menara sutet? kenapa menara ini bisa menjadi simbol cinta? dan kenapa juga semua pasangan ngebet pergi kesini setidak nya sekali dalam seumur hidup? Jawaban yang baru saya temukan setelah berada disini.
Kota Paris mempertahankan bangunan bersejarahnya di bawah perlindungan UNESCO, Gedung-gedung di Paris ga boleh dibangun lebih dari enam lantai. Harus dilestarikan dan dipugar dengan mempertahankan karakteristiknya aslinya. Inilah mengapa bangunan di Paris tetap magis sampai sekarang.
Ditambah masa lalu Perancis yang kaya akan karya sastra, seni, dan puisi, membuat setiap orang bagai titisan Rangga. Saat mereka ngomong ‘Bonjour’, terdengar romantis layaknya sajak kepada Cinta ‘Engkau yang panas di kening, engkau yang dingin di kenang’. It’s the language itself, which was the most romantic in the world.
And then it’s all about the food. The sweetness of wine and champagne, lembutnya croissant, warna-warni Macaroons, the beauty of their pastry and cake, the modern cuisine dengan sentuhan chef Rattatouile. Semuanya mendukung Eiffel Tower menjadi menara dengan romantisisme tiada banding.
Everyday is Valentines day in Paris!
Tak terasa langit mulai gelap, Eiffel Tower pun memancarkan gemerlap cahaya dengan segala pesona-nya. Setelah lelah berburu kenangan sepanjang hari, saya mengistirahatkan kaki dengan duduk di rerumputan sembari menyeruput hot wine. Di sekeliling saya banyak pasangan berciuman, berpelukan mesra sembari mengabadikan diri dengan selfie.
Tiba-tiba rasa kesepian itu datang lagi. Semakin dewasa seseorang, semakin mudah merasa kesepian. Walaupun dibalik rasa kesepian, terdapat syukur yang teramat dalam karena sudah bisa menikmati kota Paris di usia muda, ya ga muda-muda banget sih.
Indahnya Paris seperti sebuah tidur panjang dimana saya tidak ingin dibangunkan. Sampai mimpi tersebut diusik oleh rasa sepi. Sepi yang datang seperti angin berhembus, ga bisa ditebak datangnya dari arah mana. Sepi yang melipat gandakan kehampaan, disaat kamu sama sekali tidak peduli dengannya.
Sepi yang membuatmu terbuai dalam lamunan, lamunan dengan duri tajam yang siap menusuk kapan saja. Duri yang mengakibatkan luka sayatan, yang terkadang merubah mimpi indah menjadi mimpi buruk. Yang terus menusuk untuk membangunkan kita dari tidur panjang.
‘La vie est un sommeil, l’amour en est le rêve. Life is a long sleep and love is its dream.’ -Alfred de Musset
Thanks Steve Zhang! i love the way you tell the story. You give good tips, nice story and lovely pictures. GBU
LikeLiked by 1 person
Thanks for reading Annie. I love the way you love my story. Annie are you Ok? Annie, are you okay?
Will you tell us that you’re okay? There’s a sound at the window. Then he struck you — a crescendo, Annie
LikeLike