Sehari di Mont Saint-Michel. Kastil Disney di Dunia Nyata
There’s no perfect traveler but at least we can be a better traveler. Traveler yang bikin orang disekitarnya riang gembira. Traveler yang bisa menghindari perbuatan gak asik seperti:
1. Selalu Ngeluh
‘Arrghhh… rame banget! Rame disini aku benci’
‘Gilaaa, apa-apa mehong! Mehong disini aku benci’
‘Ga ada yang bisa ngomong bahasa Inggris! Kenapa orang Korea harus ngomong bahasa Korea!’ ‘Hening’
‘Oh jadi gini doang nih Menara Eiffel. Gede yah’ ‘Hakdezig!’
‘Yah ga ada WiFi, ga bisa update stories, bete ah!’
‘Gila lo, kita salah naik kereta. Ini semua gara-gara lo!’ ‘Eh elo yang gila!’ ‘Enak aja, elo yang gila’ ‘Asem, elo yang gila!’ Gitu terus sampe kiamat.
Selalu aja ada bahan buat dikeluhin. Bahkan di hari terbaik, di tempat terindah.
2. Makan di MRT. Pura-pura tidur di kursi khusus Manula. Bau ketek. Ngomong bengak-bengok di pesawat. Pipis berantakan. Pup ga diflush.
Don’t act like this is your home. Kamu sedang bertamu. Hargai etika dimana kamu berada. Jangan lupa kalo kamu mempresentasikan negaramu.
3. Makan KFC dan Mekdi all the time
Bahkan di Italy, surganya makanan enak. Yes, you can do that once in a while, pas mati gaya, pas lagi pingin, kan menunya beda dengan KFC dan McD di negara kita. Tapi ya gak tiap hari juga.
Jangan fanatik sama Colonel Sanders. Beranilah mencoba kuliner lokal yang belum pernah kamu cicip. Biarkan lidah nakalmu merasakan cinta yang baru.
4. Berusaha memberikan oleh-oleh kebanyak orang
‘Nitip tas Rimowa dong. Gua bayar deh’.
Sometimes’ it’s not about the money. Bagasimu terbatas, tenaga kulimu terbatas. Keep the luggage for yourself. Jangan beliin oleh-oleh ga penting kaya orang mau jualan. Biasanya kamu baru menyesal saat tahu bagasinya udah overweight.
Kartu pos, gantungan kunci, magnet kulkas, kaos, kalung, topi, timbangan posyandu, sedikit demi sedikit lama-lama sekardus. Oleh-oleh buat temen nongkrong, temen kerja, tante, om, papa mama, kakak, adik, keponakan, sepupu, pembokat, tetangga, selingkuhan bahkan supir gojek.
Baiknya ga kira-kira. Lain halnya kalo jastip memang passion-mu. Kalo kamu berusaha menyenangkan setiap orang, kamu lupa memenuhi kebahagiaanmu sendiri.
5. Traveling cuma buat show off and selfie!
Foto-foto merupakan salah satu bagian yang paling menyenangkan saat traveling. Tapi kalo selfie setiap saat sampai mengabaikan sikon, itu gaswat.
Selfie petantang petenteng di museum yang ada tanda dilarang foto. Bikin vlog pake tongsis puanjang di roller coaster yang ga boleh bawa kamera. Selfie cium-ciuman dengan pacar diatas ranjang. Kamu bisa memicu kemarahan jomblo bar-bar!
The world doesn’t need to know every detail. Update-lah dengan elegan. Nampang dan nyirik-nyirikin mantan boleh, tapi jangan jadi motivasi utama.
Kenali kebiasaan setempat, belajar untuk lebih peka. Beradaptasilah seperti Agnes Monica di Amerika. Berusahalah tidak menjadi turis yang annoying, tapi gampang bikin jatuh cinta. Semoga tulisan ini bisa mengubah hidupmu. Adios, Planet Football!
‘When we love, we always strive to become better than we are. When we strive to become better, everything around us becomes better too’
– Paulo Coelho, The Alchemist
Wake up and smell the Croissant
Pagi-pagi buta, saya sudah berada di Paris Montparnasse station untuk pergi ke ‘Tanah Lot-nya’ orang Perancis. Bangunan ajaib abad pertengahan yang dibangun diatas pulau kecil berbatu.
Sambil menunggu keberangkatan kereta, saya mengisi perut dengan Paul’s Croissant dan Hot Cafe Latte. Di Perancis, Croissant adalah nasi, nasi adalah Croissant *kemasukan tong sam cong.
Saat lagi ngunyah dan nyeruput di ruang tunggu stasiun, saya melihat kakek berjenggot putih menggedor-gedor pintu gate yang sudah tertutup. Semua orang pada ngeliatin. Dia berteriak-teriak ingin masuk. Petugas pun mendatanginya. Terlihat mimik wajah petugas yang mengatakan bahwa dia sudah telat, pintu kereta telah tutup dan siap berangkat.
Kakek itu ga terima. Dia terus menggedor-gedor sampai petugas memperingatinya berulang kali. Kakek itu benar-benar frustasi. Kasian juga sih, mahal-mahal beli tiket malah angus. Akhirnya kakek itu menyerah dan pergi sambil misuh-misuh. Ketepatan waktu di Eropa memang tidak pandang bulu. Moral of the story, jangan dateng mepet-mepet.

How to get to Mont Saint-Michel from Paris?
Transportasi umum tercepat menuju Mont Saint-Michel adalah TGV Train. Saya berangkat naik kereta ini pada pukul 7.35 pagi. Berbekal tiket yang saya beli melalui aplikasi Oui, saya tinggal print tiket di mesin otomatis yang ada di Paris Montparnasse station.
Dari Paris menuju Mont Saint-Michel memakan waktu 3 jam. Saya membeli tiket kereta dan auto car dalam satu bookingan. 2 jam dari Paris ke Rennes dengan TGV Train 8603. 1 jam dari Rennes ke Mont Saint-Michel dengan bus Autocar 52303. Harga total tiket kereta dan busnya 91 Euro | Rp. 1,458,000.

Begitu sampai di Rennes pukul 9.25 pagi, saya turun dari kereta dan langsung menuju stasiun bus. Dari platform kereta TGV, saya naik eskalator satu tingkat mengikuti papan informasi North Exit. Kemudian turun eskalator dan keluar dari plaza. Bus station pun terlihat disebelah kanan.

Kalo bingung, kamu bisa tanya ke petugas yang berjaga. Jangan keasikan berleha-leha, kalo ketinggalan baru ada bus lagi jam 11.45! Jadwal berangkat bus Autocar dari Rennes ke Mont Saint-Michel cuma ada 4 kali sehari: 09:45 11:45 12:45 dan 16:45 (sudah dipaskan dengan jadwal kedatangan kereta TGV dari Paris). Saya memasuki bus pukul 9.40 dan berangkat tepat waktu ke Mont Saint-Michel.

Should i stay at Mont Saint-Michel?
Kalo ga mau nginep dan cuma buat pelarian sehari dari Paris, pastikan kamu berangkat pagi-pagi. Berikan cukup waktu untuk meng-explore pulau ini dengan santai. Saya pribadi cukup puas berada disini selama 7 jam.
Kalo pingin liat lampu Kastil menyala magis bersama jutaan bintang, otomatis kamu harus nginep. Kelebihan lain dari nginep adalah kamu bisa mengelilingi Kastil dengan nyaman tanpa berdesakan dengan turis lain. Pagi-pagi banget turis belum pada dateng, malem hari mereka sudah pada pulang.
Namun, harga hotel di area ini lumayan mahal. Mont Saint-Michel merupakan zona turis terpencil dengan jumlah hotel yang tak berimbang dengan permintaan. Cek harga hotel sebelum memutuskan untuk nginep.
Saya sampai Mont Saint Michel jam 11 siang. Selama disana saya berjalan santai, foto-foto dan nyemil, lalu balik ke Information Centre jam 5 sore. Pilihan terbaik untuk balik adalah jam 18.05 – jadwal bus terakhir menuju Rennes. Bisa si pulang jam 14.05, tapi kalo cuma 3 jam disini, saya rasa kamu kayak dikejar maling.
Bus stop buat nunggu bus balik ada di sebelah tourist information centre. Lokasinya sama dengan bus stop saat kamu tiba disini. Bus berangkat jam 18.05 dan sampai di Rennes station jam 19.15. Kemudian saya naik kereta TGV dari Rennes ke Paris jam 19.52-22.08. Sampe hotel, teler kecapekan. Puas puas lelah.

Centre d’Information Touristique
- The tourist centre here was slick and modern. The staff were friendly. Well maintained toilets. Free WiFi! Just outside the centre is the shuttle bus to Mont Saint-Michel.
- Le Bas Pays, 50170 Beauvoir, France
- Hours: Senin – Minggu 9AM–7PM
- Direction: Google Maps Location


Dari tourist information centre, ada 3 pilihan menuju kastil utama Mont Saint-Michel.
- Jalan kaki, 45 menit. Sekalian bakar lemak biar difoto langsing dan tirus
- Naik Free Shuttle – Passeur, 25 menit. Bus unik berbentuk persegi panjang. Berangkatnya biasanya antri, saya milih jalan kaki pas berangkat sekalian menikmati pemandangan. Pulangnya, baru naik free shuttle ini.
- Naik kereta kuda – Maringotes, 35 menit, 5.30 Euro. Ini buat yang ingin beromantis ria dan suka kemewahan.


Hari itu matahari bersinar cerah, angin berhembus kencang menusuk hingga ketulang. Gigi saya bergemelutuk menggigil dan pipi rasanya seperti ditusuk-tusuk. Entah mengapa chubby-nya ga meledak.
Di tengah cuaca Autumn yang lebih dingin dari freezer kulkas, saya menaikkan hoodie hingga menutupi kepala dan berjalan melewati jembatan panjang.

Jembatan penghubung kastil dan daratan yang dibangun pada akhir tahun 1,800. Tanpa jembatan ini, Oppa pasti jalan belepotan diatas lumpur. Infrastruktur memang penting, hidup Jokowi! Ehem.. fokus.
Dingin sedikit terlupakan saat menatap kastil dari kejauhan. Makin mendekati, makin kagum. Ternyata kastil cantik kaya gini ada di dunia nyata, ga cuma di logo Disney.
Kastil yang saat air laut pasang, terpencil diantara lautan, mengapung seperti istana negeri dongeng.
Victor Hugo is said to have remarked that Mont Saint-Michel was to France what the Great Pyramids are to Egypt

Sejarah Mont Saint-Michel
Berawal dari legenda abad ke-8, ‘Saint Michael the Archangel’ menampakkan diri dihadapan uskup Avranches. Malaikat meyakinkan dia untuk membangun gereja di atas pulau kecil berbatu. Pada abad ke-12, kastil raksasa ini selesai dibangun dan berdiri dengan megah. Gereja Romanesque, rumah biara, dan ruang bawah tanah menyatu menjadi tempat biarawan berdoa dalam kesunyian, mendekatkan diri kepada Tuhan.
Mont Saint-Michel terus berevolusi. Pada abad ke-15, bangunan ini menjadi tembok kokoh yang menghalau serangan meriam Inggris. Semua kawasan di Normandy berhasil dikuasai kecuali benteng militer ini. Karena pertahanannya yang setrong, Mont Saint-Michel menjadi simbol identitas nasional Perancis. Monumen yang sekarang menjadi bagian UNESCO World Heritage Site.

Kastil berusia 1,000 tahun ini ga cuma menawan tapi juga menyimpan misteri milenial. Bagian manapun yang kamu foto, pasti kelihatan lebih indah daripada aslinya. Fotogenik abis! Sebagai #AnakInstagram yang instagenic, saya minta tolong orang buat motoin.

Mont Saint-Michel
- Le Mont-Saint-Michel is an island and mainland commune in Normandy, France. The island is located about one kilometer off the country’s northwestern coast, at the mouth of the Couesnon River near Avranches and is 7 hectares in area –Wikipedia
- 50170, France
- Hours: Open every day 9.30AM – 6PM. Last admission one hour before closing
- Tickets: Visiting the island is free but the entrance to Mont Saint-Michael Abbey is 10 Euro | Rp. 162,000. You could skip the line by buying tickets online from this official website ticket.monuments Just present e-ticket on your smartphone
- Google Maps Location


1. Wandering around the charming streets of Grand Rue
Kalo kamu dateng bareng keluarga, wajib nyobain omelette segede gaban di La Mere Poulard. Telur fluffy khas Normandy yang paling terkenal. Karena sempet liat porsinya yang besar seharga 49 Euro, saya yang sendirian waktu itu berusaha menahan nafsu. Konspirasi telur apa yang membuatnya seharga 800 ribu? Apakah mungkin omelette-nya terbuat dari telur dinosaurus? Next time deh nyobain, kalo balik lagi bareng ayang.


Banyak kios, restoran, dan hotel berderet di sepanjang jalan sempit menuju Abbey. Jalur menawan yang sejak abad pertengahan merupakan surganya pedagang eceran. Ramenya kaya pasar, entah kenapa hati Oppa tidak bisa seramai ini. Suasananya berasa kayak di Hogwarts. Jalan-jalan disini seperti benci tapi sayang, padet banget sekaligus cantik banget.
Pack some Cheese Baguette and Mineral water before you go. There are a lot of restaurants, but they are so pricey yet ordinary

Tanpa 3 juta turis yang datang tiap tahunnya, kota ini hanya berpenduduk 30 orang! Pariwisata menjadi tulang punggung perkembangan sosial dan perekonomian setempat. Rata-rata 8.000 orang numplek disini per harinya. Traveling memang lagi nge-hits, orang-orang makin mudah jalan-jalan. Kita ga bisa menyalahkan mereka, karena kita berada di kapal yang sama.
Jangan hanya karena ramai, kamu mengurungkan niat kesini. Tidak banyak tempat ikonik dengan kastil membahana dipinggir laut. Warisan bersejarah yang menginspirasi kita untuk percaya bahwa manusia masih bisa membuat keajaiban.

Sambil mendaki tangga batu, saya mengagumi pilar-pilar kokoh yang dikelilingi pepohonan lebat dengan dedaunan hijau dan kuning. Rasanya seperti berada di abad pertengahan. Di kepala saya langsung terputar film ‘The Nun’, berimajinasi para biarawan ikut melangkahkan kaki keatas. Sampai akhirnya Valak membangunkan saya dari lamunan.



2. Enjoying the beautiful view from the top
Tak lama kemudian, saya sampai di puncak Abbey, di ketinggian 92 meter di atas permukaan laut. Pemandangannya sungguh menyegarkan. Hamparan rumput hijau menyatu manis dengan air berwarna turquoise. Diatasnya langit cerah dihiasi gumpalan awan putih yang rendah. Ingin rasanya saya terbang dan bernyanyi ‘i believe i can fly’
3. Exploring the Romanesque Church, Monastery rooms, and Crypts
Gerejanya bergaya Romawi abad ke-11. Jendela-jendelanya besar dengan lengkungan bundar khas Gothic, merefleksikan cahaya dari luar masuk memenuhi ruang suci.


Beranda yang menenangkan ini merupakan tempat biarawan melakukan aktivitas keseharian. Mereka menanam sayur dan tanaman obat, bermeditasi dan membaca alkitab. Beranda yang menjadi pusat penghubung berbagai ruangan.
Church and State. Body and Soul. God and Man, are all one in Mont Saint-Michel, and the business of all is to fight, each in his own way, or to stand guard for each other
– Henry Adams

Saya menelusuri berbagai macam aula. Mulai dari ruang makan biarawan, Knight’s hall tempat mereka bekerja dan belajar, sampai ruang bawah tanah yang pada masa Revolusi Perancis, sempat diubah menjadi penjara oleh Louis XI.
Seperti biasa di bagian akhir, terdapat ruang komersil yang menjual pernak pernik seperti buku, kartu pos, medali, dan lilin. Saya ga beli apa-apa disini. Beranjak keluar, muter-muter, terus balik.

Kenangan suatu tempat tidak hanya tentang keindahan, tapi suasana hati pada saat itu. Bentangan alam yang dihembusi angin membuat sepi membeku. Suasana hati kacau karena kedinginan. Sambil menunggu kedatangan bus, saya menghangatkan badan di Tourist Information Centre.
Saya seperti orang berkepribadian ganda. Di satu sisi, ingin merasakan petualangan yang menggairahkan. Di sisi lain, merindukan kenyamanan menjadi budak rutinitas. Merasakan kehidupan yang selow dan pasti. Saya bersyukur masih bisa moody, itu berarti saya bukan robot. Kita ga bisa berpikiran positif setiap saat.
“Considering the way the world is, one happy day is almost a miracle.”
―
pasti automatic senyum2 ga jelas kalo baca blog ini – keep it up!
LikeLiked by 1 person
Thank you, Nat. Semoga dibalik senyummu, tak ada luka yang tersembunyi
LikeLike
kalimat bikin senyum tuh.. Next time deh, kalo balik lagi bareng ayang.. saya suka jalan brg temen suka kepikiran kalimat itu.. hahaha..
LikeLiked by 1 person
Jomblo tahan banting memang terbiasa berpikiran seperti itu. Sampai akhirnya datanglah keajaiban
LikeLike
Gak tau kenapa, saya merasa terhanyut aja di dalam ceritanya.
Lewat fotonya saya seperti dibawa kesana
LikeLiked by 1 person
Senang bisa membuatmu terhanyut penuh halu. Semoga tulisan ini juga bisa membuatmu mengapung dalam realita nantinya.
LikeLike
My favourite place to visit so far
LikeLike
Yeah, so far so good
LikeLike